Kampung Pepas Eheng
keluarga angkat di Kampung Long Tuyoq |
Kampung Eheng merupakan salah satu kampung
yang terletak di Kabupaten Kutai Barat, Kampung ini memiliki potensi wisata
yang cukup menarik, dari segi wisata budaya hingga wisata alamnya, jarak tempuh
ke kampung ini adalah sekitar 30 menit dari Sendawar Ibukota Kabupaten Kutai Barat,
potensi wisata yang ada dikampung ini adalah Lamin Adat (rumah panjang) rumah
tradisional suku dayak, mayoritas suku yang ada di kampung in adalah suku Dayak
Benuaq, Lamin adat dikampung ini yang masih tetap eksis bertahan dan menjadi
rumah tinggal bagi keturunan bangsawan disana. Mata pencaharian sebagian besar
dikampung ini selain berladang dan bertani rotan, mereka juga menjadi pengrajin
anyaman dari rotan seperti, Anjat, Lampit, dan gelang yang terbuat dari rotan,
pengunjung pun bisa membawa oleh-oleh khas dari pengrajin tersebut dengan harga
yang masih terjangkau antara Rp. 15.000,- sampai Rp. 300.000,- tergantung motif
dan tingkat kesulitan.
Menganyam Rotan Menjadi Anjat |
Masih satu Jalur dengan Kampung Pepas Eheng,
kita bisa melepas penat dan bersantai sejenak menikmati desiran suara Jantur (Air
Terjun) Inar yang tertinggi di daerah Kutai Barat di Kampung Dempar, air terjun
Inar terletak di Kampung Temula Kecamatan Nyuatan. merupakan air terjun
tertinggi di Kabupaten Kutai Barat dengan ketinggian 30 m. Jantur itu masih
kelihatan alami dengan lumut-lumut yang menempel di batu-batu dan tumbuhan liar
disekelilingnya. Untuk melihat keindahan jantur inar pengunjung harus menuruni
sekitar 200 anak tangga berjarak 20 cm antara satu sama lain. Jika berada
disekitar lokasi pemandian serasa hawa sejuk yang berasal dari hempasan air
yang jatuh menerpa bebatuan. Pesona inilah salah satunya yang menjadi daya
tarik dari Jantur Inar. Selain itu kita juga dapat menyaksikan Danau yang
diatasnya ditumbuhi oleh tanaman air (ganggang) yang hampir seluruh permukaan
danau tertutupi oleh tanaman tersebut, yaitu Danau Beluq. Untuk menuju lokasi
ini bisa mengunakan sepada motor atau mobil menempuh jarak 30 km dari pusat
kota Sendawar.
Cagar Alam Kersik Luwai
Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) |
Selain wisata budaya kabupaten Kutai Barat
juga memiliki banyak potensi alam yang melimpah seperti Jantur Inar, Jantur Gemuruh, Jantur Mapan, Jantur Tabalas, Cagar Alam
Kersik Luway, Riam Panjang, Riam Udang, Riam Haloq, Batu Dinding dan Batu Ayao
yang terletak di Hulu Sungai Mahakam. Masih di seputaran wilayah daratan
tinggi Tunjung dan Benuaq, Cagar Alam Kersik Luwai menjadi salah satu tujuan
obyek wisata bagi wisatawan domestik dan mancanegara, Kersik luwai merupakan Hutan
Kerangas yang didalamnya terdapat hamparan pasir putih layaknya pasir putih di
pantai, tetapi di Cagar Alam Kersik Luwai hamparan pasir putih tersebut
terdapat diatas bukit dengan ketinggian kurang lebih 1.500 mdpl. Atraksi alam
yang dapat disaksikan di kawasan ini adalah Tanaman Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata) dan Kantong Semar (Nephenthes Sp).
Anggrek Hitam yang berada dikawasan
Kersik Luway ini yang terletak di Kampung Sekolaq Darat Kecamatan Sekolaq
Darat, mempunyai keunikan tersendiri dengan bentuk dan corak anggrek
hitam (Coelogyne pandurata) yang sangat khas, Ada beberapa jenis anggrek
lain yang bisa ditemukan disini selain anggrek hitam di antaranya Erya Vania,
Erya Florida,Coelogy Rocus Roini dan Bulpophylum Mututina. Selain anggerek juga
terdapat Kantung semar. Fasilitas di lokasi ini adalah terdapat ruang informasi
bagi pengunjung, fasilitas kebutuhan bagi wisatawan tersedia. Namun saat
ini kondisi cagar alam ini cukup memprihatinkan akibat sering terjadi
kebakaran hutan yang mengakibatkan terus berkurangnya vegetasi anggrek,
kelompok penangkaran anggrek. Selain itu sebelum menuju ke lokasi Cagar Alam
Kersik Luwai para pengunjung bisa beristirahat sejenak menikmati hempasan air
terjun (Jantur) Gemuruh di dalam lokasi tersebut. Untuk menuju lokasi ini dapat
menggunakan mobil dan bus menempuh jarak 15 Km dari pusat kota Sendawar.
Danau Aco dan Gunung
Eno
Danau Aco |
Danau Aco dan Gunung Eno terletak di
Kampung Linggang Melapeh kecamatan Linggang Bigung, untuk menuju kelokasi ini
dapat menggunakan mobil dan motor dengan jarak tempuh 30 menit dari pusat kota
sendawar. Danau Aco merupakan salah satu tempat tujuan wisata oleh penduduk
lokal untuk menikmati pemandangan dan memancing, serta tidak jarang danau ini
digunakan sebagai tempat untuk melakukan aktivitas Family Gathering dari
perusahaan-perusahaan yang ada di sekitar bersama keluarga, lokasi ini memiliki
fasilitas penunjang seperti balai pertemuan yang berada langsung diatas danau,
serta jembatan apung yang terbuat dari kayu ulin dan dibawahnya terdapat
drum-drum besar yang membentang hingga ke tengah danau. Disini kita bisa
menyaksikan hutan dengan vegetasi sedang dan sangat cocok untuk menjadi tempat pengamatan
burung.
Danau Aco |
Selain danau Aco kita juga bisa
menjelajahi hutan di gunung eno, tidak jauh dari Danau Aco, kita bisa melintasi
hutan pegunungan yang kaya akan keanekaragaman hayati dan satwanya seperti
macan dahan, kucing hutan, rangkong badak, dan berbagai macam jenis burung.
Gunung Eno merupakan eks HPH PT. Gruti yang sudah tidak beroperasi lagi, dan di
Gunung eno ini terdapat 4 mata air dan sungai yang mengalir ke kampung-kampung
sekitar dan menjadi penyedia air bagi kampung sekitar.
Setelah lelah menlintasi hutan dan
menyaksikan keindahan di Danau Aco kita bisa melanjutkan perjalanan dan melepas
penat di Jantur Tabalas merupakan air
terjun yang mempunyai tinggi 6 mdpl, pada sore hari kita bisa menyaksikan
anak-anak di kampung ini bergantian dan berebut untuk melompat dari atas air
terjun ini dengan gaya bebas.
Hulu Mahakam
Batu Ayao, Seperti Tembok Cina membentang di sepanjang perbatasan kalteng |
Setelah
puas menjelajahi sebagian hutan dan kampung didaerah daratan kabupaten Kutai
Barat, kita juga harus mencoba menggunakan jalur sungai menggunakan speed boat
atau long boat menuju Hulu Sungai Mahakam, berawal dari pelabuhan tering menuju
Long Bagun menggunakan speed boat dengan kisaran harga Rp. 305.000,- dengan
jarak tempuh sekitar 3 jam, kita dapat menyaksikan
perkampungan-perkampungan di sekitar pinggiran sungai mahakam yang menjadi urat
nadi perekonomian masyarakat suku dayak di kabupaten kutai barat, kita juga
bisa menyaksikan kapal pengangkut batu bara, kemudian menyaksikan kayu-kayu log
dari HPH yang telah dirakit menuju hilir.
Serta tidak kalah pentingnya adalah pemandangan alam yang luar biasa yang
disuguhkan di daerah ini, seperti Batu
dinding (Batuan Kapur) didaerah Long Bagun yang membentang seperti layar
bioskop raksasa dan terdapat beberapa kuburan tua di dindingnya tersebut,
dibawah batu dinding terdapat goa yang apabila air pasang goa tersebut terendam
air.
Tiba di Long Bagun kapal-kapal long boat pun bergantian menawarkan tumpangan
menuju ke Long Pahangai dan Long Apari, kampung paling ujung dari Hulu Sungai
Mahakam yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Provinsi Kalimantan Barat.
Dari Long Bagun kita bisa mengeluarkan dana sebesar Rp. 250.000,- menuju
kampung Long Tuyoq yang masih banyak terdapat orang-orang yang bertelinga
panjang. Akan tetapi sebelum menuju kampung ini adrenaline kami pun harus diuji
dengan melewati riam-riam yang terkenal keganasannya dan tak sedikit kapal yang
karan di riam tersebut. Seperti Riam Haloq, Riam Udang yang terkenal dengan
pusaran air yang sangat dahsyat, serta Riam panjang yang dikiri kanannya
terdapat batu dan tebing-tebing yang terjal, dan apabila salah mengambil
haluan, kapal pun bisa hanyut dan menabrak dinding tebing tersebut.
Setelah melewati riam-riam yang
ganas, kita sampai ke kampung pertama yang berada di hulu riam panjang yaitu
kampung Long Tuyo’, di kampung ini masih terdapat banyak orang-orang yang
bertelinga panjang yang menggunakan anting dan bertatto di tubuhnya. Di kampung
ini kita bisa disambut dengan hangat oleh warga kampung yang ramah, yang
apabila kita berkunjung kesana kita akan diberi gelang manik serta diberi nama
Dayak oleh mereka dan mengangkat kita sebagai anak angkat mereka, hal ini
dilakukan dan merupakan tanda bahwa kita telah diterima dikampung ini layaknya
warga yang lain.
Ikan Tembela |
Landscap Hulu Mahakam |
Pada bulan September-Oktober di
kampung yang dihuni oleh sebagian besar suku dayak Bahau ini akan mengadakan
upacara adat yang disebut Hudoq setelah selesai menugal atau menanam padi, hal ini dipercaya untuk mengusir roh-roh
jahat penganggu tanaman mereka, serta berucap syukur kepada alam yang
memberikan mereka banyak pot ensi alam yang bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari
mereka, ritual ini dimulai sebelum melakukan pembukaan lahan atau ladang dan
akan diakhiri dengan Tarian Hudoq tari tradisional yang menggunakan daun pisang
sebagai bahan utama pakaian penarinya.
Menores Karet |
Tari Hudoq adalah bagian ritual suku
Dayak Bahau dan Dayak Modang, yang biasa dilakukan setiap selesai manugal atau
menanam padi, pada bulan September – Oktober. Semua gerakannya, konon dipercaya
turun dari kahyangan. Berdasarkan kepercayaan suku Dayak Bahau dan Dayak
Modang, Tari Hudoq ini digelar untuk mengenang jasa para leluhur mereka yang
berada di alam nirwana. Mereka meyakini di saat musim tanam tiba roh-roh nenek
moyang akan selalu berada di sekeliling mereka untuk membimbing dan mengawasi
anak cucunya.
Dan tak kalah serunya apabila kita
melakukan perburuan dan aktivitas berladang serta me-ngetam (memanen) padi di musim panen tiba, kehidupan yang sederhana
dari suku dayak ini mengajarkan kita bagaigama menghargai sumber daya alam yang
ada agar alam pun bisa memberikan penghidupan kepada kita. Living with the Dayak People.
Berburu di Hutan |
Salah Satu Jenis Tanaman Di Kersik Luway |
Tari Hudo |
Kantong Semar |
Tanaman di Kersik Luwai |
keren banget bang... jadi pengen ke sana deh... huaaaaa
ReplyDeletethanks..ksini aja..g ada yang larang koq
Deleteasik nih perjalanannya. penasaran dengan Batu Ayao-nya
ReplyDeletemakax kesni bang liat batu ayao sambil menguji adrenaline melewati riam panjang dan riam udang.
Deletetulisannya informatif, ceritanya deskriptif, membuat pembaca jadi persuasif.
ReplyDeleteSemoga bisa menjadi inspiratif.
(mudah-mudahan saya bisa kesana suatu saat nanti)
salam dari jakarta
Fakhruddin
Thanks bang..amien..semoga bisa tembus sampai hulu mahakam.
ReplyDeleteMas, bisa minta bantuan info lengkapnya untuk bisa menyusuri sungai mahakam dan sampai ke desa-desa spt diceritakan diatas. Seperti di mana mencari kapalnya,biaya per orang, tempat tinggal, dll. Saya sedang membantu seorang backpacker asal Jerman yg akan melalui rute balikpapan-Kinabalu via jalur darat/air selama 2 minggu dimulai dari hari ini. Mohon bantunnya ya. Bisa kontak saya di email en.hikmah@gmail.com
ReplyDeletemohon maaf mas, kemaren sibuk banget dilapangan dan mempersiapkan tripp...lain kali insya allah akan di bantu, bisa kontak langsung saja ke saya mas di
ReplyDeleteHP: 0852 46 193 293/ 0811 58 25 293
PIN BB : 29edf33d
Liat profil Google-nya, Abang Saipul kerja di WWF ya? Wew, pengen, ada link gak ya ke situ :D
ReplyDeleteSaya sedang merencanakan backpacking ke Sentawar liburan panjang Natal ini Bang(tapi belum tahu masih, jadi atau tidaknya, soalnya masih menunggu jadwal pulang saya ke Jawa, belum pasti apa sebelum atau setelah Natal, harapannya sih setelah Natal biar bisa ke Sentawar hehe) yah pertanyaan saya sih sama seperti pertanyaan Sdr. Unknown di atas hehe... Bisa kontak2an by email gak ya Bang? Biar infonya lebih banyak gt... mailto:muh.arifbudiman@yahoo.co.id
Saya pernah tinggal lama di Tenggarong. Tp saya belum pernah bepergian ke Hulu mahakam. Saya penasaran, sungai mahakam itu apakah ujung paling hulunya hanya sampai di Long Apari? Atau masih terus lg sampai ke Malaysia? Atau ke Kalbar/Kalteng. Sudah lama saya gak ke Kaltim. Kangen sama Kaltim :)
ReplyDelete-David
Setahu saya ada travel agency yang menawarkan tour dari Kalbar-Kaltim melalui jalur sungai.serta riam-riamnya sangat menantang cocok untuk uji nyali,hehe
ReplyDelete