Berfoto Bersama di Pintu Keluar Gua Pampang |
Siang
yang terik, aku bergegas memasukkan tenda, trangia dan peralatan kempingku ke
dalam tas ranselku, yah hari ini aku akan menuju salah satu gua yang tak banyak
orang mengenalnya di daerah samarinda. Setelah chatting semalam bersama
teman-teman Samarinda Backpacker aku pun memutuskan untuk bergabung kedalam
kegiatan gathering mengeksplore gua yang berada di kawasan air terjun pampang,
samarinda.
Setelah
kurasa tak ada lagi barang yang ketinggalan aku menuju terminal bus Bontang,
dua setengah jam perjalanan menuju samarinda membuat badan terasa lelah karena
jalan Bontang-Samarinda yang masih dalam tahap perbaikan belum kunjung selesai.
@@@
Setelah
bertemu dengan teman-teman samarinda Backpacker dan Balikpapan Backpacker, kami
pun berangkat menuju utara samarinda, dengan mengendarai sepeda motor bersama
enam belas orang yang mengikuti gathering ini, aku pun sempat tertinggal dengan
rombongan dibelakang.
Perjalanan
yang memakan waktu 45 menit dari Samarinda melewati jalan yang berlubang dan
menanjak dan sesekali aku pun harus turun dari motor karena kelebihan muatan,
entah berat badanku yang berlebih atau barang bawaanku yang berat, entahlah.
Setelah terombang-ambing dijalan yang berlubang, akhirnya aku sampai di tempat
penitipan motor di desa pampang, di desa ini bukan hanya sebagai desa wisata
yang menampilkan kebudayaan suku dayak kenyah saja, tetapi panorama alamnya pun
sangat indah untuk dijelajahi salah satunya adalah gua yang akan kami eksplore
nanti.
Narsis di dalam Gua Pampang |
Perjuangan
tak sampai disitu, karena kami tertinggal dibelakang dari rombongan yang
sebelumnya berangkat, kami pun sempat nyasar, untunglah insting si Henny,
satu-satunya wanita dirombongan kami, aku, dwi dan david mengenai navigasi
darat dan meskipun tidak merasa yakin namun indera penciumannya sangat tajam
merekam setiap jejak kaki yang lewat, melewati rimbunan kebun kates dan
rimbunan pohon Macaranga gigantea menandakan
bahwa hutan ini memiliki tipe hutan sekunder muda yang pernah mengalami
degradasi akibat perkebunan dan permukiman warga serta adanya tambang batu
gunung serta kandungan batu bara dikawasan ini menjadikan kawasan ini penting
untuk dijaga dan dilestarikan, potensi alam yang sangat menarik bagi wisata
minat khusus ini harus segera dikelola dengan baik agar keberlangsungan dan
keindahan tempat ini tidak rusak.
Suara
dentuman yang lumayan cukup terdengar ditelingaku yang berjalan dibelakang
rombongan membuatku mempercepat langkah menuju kedepan, dan ternyata Henny si
ahli navigasi darat handal kami terjerembat dan terjatuh ketika menuruni jalan
setapak yang licin didepan sempat terlintas dipikiranku ada kates ranum yang
jatuh, tetapi ternyata super women kami yang terjatuh. Tak ayal suara tawa
memecah keheningan. Tak berapa lama berjalan kami pun mendengar suara aliran
air yang cukup deras dan bertemu dengan beberapa kelompok pecinta alam yang
sudah terlebih dahulu kemping disana, serta ada pula yang menggunakan tempat
ini sebagai tempat untuk pendidikan dan Latihan dasar pecinta alam.
Tak
jauh berjalan melewati punggungan bukit yang curam, sampailah kami di pos 2 dan
bertemu dengan rekan-rekan yang lain, tidak ingin membuang waktu banyak karena
hari telah menjelang magrib, kami memutuskan untuk mendirikan tenda ditempat
yang tidak biasanya, karena kemping ground telah dipakai oleh kelompok mapala
yang melakukan pendidikan disana.
Tetap Narsis meskipun belum mandi |
Setelah
melakukan survey lokasi untuk mencari kemping ground yang baru, kami memutuskan
untuk mendirikan tenda tidak jauh dari sungai, kami pun berbagi tugas laki-laki
mendirikan tenda dan perempuan yang dipimpin oleh Rahmayana Rebang dengan
keahlian alami yang dimilikinya ibu satu anak ini yang berasal dari Kutai Barat
dengan sepeda motor kesayangannya yang selalu menemani di setiap perjalanannya
hingga Kalimantan selatan ini dibantu dengan Ria Lestari wanita yang memiliki
mata empat ini karena memakai kacamata, dan teman-teman yang lain memasak untuk
makan malam kami, sembari menunggu masakan dan tenda telah berhasil didirikan
kami pun bermain kartu Uno.
Suara
serangga malam serta bisikan aliran sungai yang merindukan muara sangat
terdengar jelas memecah keheningan malam, setelah makan malam bersama diatas
sebuah daun yang dibentangkan mengingatkanku pada orientasi medan yang pernah
aku ikuti di kelompok pecinta alam, rasa kebersamaan dan kekeluargaan pada saat
itu tercipta yang tak dapat kami lupakan, dipertengahan kami menyantap hidangan
makan malam kami, kami didatangi oleh wanita yang memakai syal kuning, dan
mengingatkan kami untuk tidak terlalu ribut karena mereka melakukan pendidikan
pecinta alam disana, membuat kami malah menambah besar volume suara kami, kami pun datang
untuk melakukan pendidikan dan kami pun memiliki hak yang sama untuk dapat
menikmati keindahan alam yang ada disana.
Setelah
membersihkan peralatan makan, kami kembali berkumpul dan duduk dibawah tenda
utama, kegiatan pun dimulai dengan perkenalan dan sharing pengalaman bersama
teman-teman backpacker yang hadir, gathering kali ini diikuti oleh 17 orang
yang berasal dari berbagai wilayah di Kalimantan Timur mulai dari paling barat
di Kutai Barat, Balikpapan, Muara Badak, Samarinda dan Bontang. Diskusi yang a
lot dan berbeda pendapat waktu itu merupakan dinamika yang terjadi di Samarinda
Backpacker untuk menentukan arah dan tujuan kedepan Samarinda Backpacker.
@@@
Berpose didalam Gua Pampang |
Pagi
yang diselimuti oleh rintik hujan membuat kami terjaga, mentari pun enggan
menyapa kami dan bersembunyi dibalik pohon jati, setelah membuat sarapan dan
membersihkan diri kami segera berkumpul dan melakukan petualangan yang
sesungguhnya yaitu menyusuri gua-gua yang belum banyak orang mengetahui
keberadaannya, dikawasan ini yang terkenal hanyalah air terjunnya saja, hanya
beberapa kelompok saja yang mengetahui keberadaan gua ini.
Perjalanan
yang memakan waktu satu jam ini mengantarkan kami kedepan pintu masuk gua,
meskipun kami sering nyasar dan beberapa anggota tim banyak yang berjatuhan
dikarenakan medan yang sulit dan licin yang menyulitkan kami untuk berjalan.
Pintu gua yang sangat kecil yang hanya dapat dilalui oleh satu orang dan mengharuskan
kami untuk berjalan merangkak, tak berapa jauh didepan di tengah perut bumi ini
kami bisa berdiri dan melihat keindahan ukiran stalagmite dan stalagtite serta
banyak memiliki lorong-lorong gelap. Kami pun beristirahat sejenak sambil
mendokumentasikan perjalanan kami menguak keindahan perut bumi, setelah diras
cukup kami melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar gua ini, disepanjang
jalan aku melihat dinding gua yang terukir nampak jelas ditangan perupa dan
sang pencipta bak sebuah karya maha agung masterpiece
yang terbentuk secara alami.
Tak
mau mengambil resiko terlalu lama didalam gua yang lembab dan penuh dengan kotoran
binatang kelelawar yang membuat perut mual, kami memutuskan untuk melanjutkan
menjelajahi isi perut bumi di gua ini jauh lebih dalam. Hanya lampu senter saja
yang mengantarkan kami ke semburat cahaya yang masuk dari celah-celah batu, tak
lama berjalan akhirnya kami sampai di mulut keluar gua dan bisa menikmati udara
segar kembali.
Aku
melirik Jam dipergelangan tanganku menunjukkan pukul Sembilan, kami pun
melanjutkan perjalanan kembali menuju basecamp dan melanjutkan untuk menjelajah
isi perut bumi yang lainnya di daerah hilir sungai, dikarenakan salah satu
anggota tim dari Balikpapan yang bernama latifah terjatuh untuk yang kedua kalinya,
dia memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan dan kembali basecamp dan aku
menemaninya untuk beristirahat di basecamp.
Katak Hijau yang ada di lokasi gua Pampang |
Perjalanan
kali ini memberikan sensasi yang berbeda dan membuka pemikiranku bahwa di Kota
Samarinda ternyata memiliki gua yang bisa dijadikan salah satu destinasi wisata
minat khusus di Kota Samarinda apabila dikelola dengan baik, selain desa wisata
pampang yang menampilkan kebudayaan suku dayak kenyah, menguak keindahan isi
perut bumi dibalik rimbunan Macaranga
gigantea, rintik hujan pun kembali mengantarkan kami untuk beraktifitas
kembali.
Pampang, 14 April 2013
M.Saipul
*Penulis cerpen
“Cahaya dari Tepian Mahakam” Antologi Kaltim dalam Cerpen Indonesia
awesome,,,great cave,,,pemda must be know it
ReplyDeletesip..thanks bro
Deleteawesome,,,
ReplyDeletekereeen... semoga masih bisa bertemu di Trip Berikutnya yah....Salam Ransel #soalnya_bawa_ransel_doang ^____^
ReplyDeleteoke..aminn...
Delete