Sepuluh tahun
terakhir ini produksi obat tradisional semakin meningkat. Obat ramuan
tradisional yang sering disebut jamu merupakan salah satu unsur warisan budaya leluhur
bangsa. Pada umumnya ramuan tersebut berasal dari bahan baku berupa tumbuhan
obat. Terdapat beberapa pengertian mengenai tumbuhan obat. Salah satunya
menurut Otih Rostianan et al 1992 (dalam Siswanto 1997) bahwa tumbuhan obat
adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel)
tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan.
Sedangkan menurut Departemen Kesehatan RI, definisi tumbuhan obat Indonesia
sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No. 149/SK/Menkes/IV/1978 adalah sebagai
berikut.
1. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional
atau jamu
2. Tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan pemula bahan baku
obat (prokursor)
3. Tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut
digunakan sebagai obat.
Tumbuhan obat
yaitu tumbuhan yang hidup di dalam hutan secara liar dan secara turun temurun
dimanfaatkan oleh penduduk asli sebagai obat atau jamu. Bagian tumbuhan yang
dimanfaatkan berupa daun, akar, kulit, batang, getah, bunga maupun biji kemudian
diproses secara sederhana menjadi ramuan obat untuk menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Cara pengobatan ini lazim dikenal sebagai pengobatan tradisional
(Anonim, 1997). Oleh Zuhud, 1994 (dalam Siswanto 1997) tanaman berkhasiat obat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu :
1.
Tumbuhan obat tradisional merupakan species tumbuhan yang diketahui atau
dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan
baku obat tradisional.
2.
Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
3.
Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung
atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, tetapi belum
dibuktikan penggunaannya secara ilmiah sebagai bahan obat.
Secara tradisional berbagai
etnis di Indonesia telah memanfaatkan tumbuhan untuk pengobatan, sebagai contoh
di Kalimantan Timur suku Apo Kayan telah memanfaatkan 213 jenis tumbuhan untuk
pengobatan (Aliadi & Sangat-Roemantyo, 1994), suku dayak benuaq di Kutai
Barat memanfaatkan 301 jenis tumbuhan untuk pengobatan (Amborowati, 2002)
Berbagai tumbuhan telah digunakan secara luas didalam industri farmasi, industri
obat tradisional dan modern seperti cendana (Santalum album), pasak bumi (Eurycomma longifolia), pulai (Alstonia scholaris), Kenanga (Canangium odoaratum) dan kayu angin (Usnea misaminensis). Hasil
ekspedisi dan eksplorasi tumbuhan obat menunjukan bahwa hutan tropis kita
sangat potensial sebagai penghasil bahan baku
obat. (Budiman et all, 2004).
Saat ini terdapat 3 kelompok masyarakat
yang memanfaatkan tumbuhan obat dan dapat dibedakan berdasakan intensitas
pemanfaatannya :
1. Kelompok masyarakat asli yang hanya menggunakan
pengobatan tradisional. Umumnya tinggal di daerah terpencil yang tidak memiliki
sarana dan prasarana kesehatan. Kelompok ini berusaha mencari cara sendiri
untuk mengatasi berbagai penyakit yang dijumpai sesuai norma/adat yang berlaku.
2. Kelompok masyarakat yang menggunakan pengobatan
tradisional dalam skala keluarga. Kelompok ini umumnya tinggal di daerah
pedesaan yang memiliki sarana dan prasarana kesehatan terbatas. Pada kelompok
ini walaupun sudah tersedia puskesmas namun tenaga medis dan obat-obatan
terbatas. Selain itu adanya keterbatasan ekonomi juga menjadi alasan penggunaan
obat tradisional. Berbagai keterbatasan tersebut menyebabkan pengobatan
tradisional menjadi pilihan masyarakat yang cukup penting. Pemanfaatan tumbuhan
pada kelompok ini tidak terlalu mengkhawatirkan karena hanya untuk kepentingan
sendiri sehingga jumlah yang diambil tidak banyak.
3. Kelompok industriawan obat tradisional (Siswanto,
1997)
Terjadinya peningkatan yang pesat
dalam industri obat tradisional merupakan ancaman yang serius bagi kelestarian
tumbuhan obat karena sebagian besar tumbuhan obat yang menjadi bahan baku
industri obat tradisional diambil langsung dari alam. Selain itu kalangan
industri obat tradisional juga bersifat tertutup dalam hal spesies dan jumlah
tumbuhan obat yang digunakan sehingga tidak bisa diketahui dengan pasti spesies
tumbuhan obat dari alam yang terancam atau tidak (Siswanto, 1997).
Salah satu sumber
plasma nutfah adalah Taman Nasional dimana di dalamnya terdapat potensi flora
yang beraneka ragam. Taman Nasional Kutai menyimpan berbagai jenis tumbuhan
yang hidup liar di hutan yang mengandung khasiat obat yang bermanfaat untuk
pengobatan tradisional maupun sebagai bahan baku obat modern. Komunitas
tumbuhan obat yang terdiri dari spesies-spesies yang hidup di kawasan ini
terdiri dari jenis rumput, pohon, liana, herba, terma dan perdu (Anonim,1997).
Pengetahuan mengenai jenis tumbuhan yang berkhasiat obat telah dimiliki
sejak dulu oleh masyarakat asli Kutai yang berada di sekitar kawasan hutan di
wilayah Barat kawasan (Menamang). Pengetahuan yang diperoleh secara
turun-temurun ini memanfaatkan tumbuh-tumbuhan hutan tertentu untuk pengobatan
tradisional maupun untuk jamu tradisional, antara lain untuk penyembuhan
penyakit kulit, bengkak-bengkak, kencing manis, batu ginjal, sakit perut,
malaria, lever, darah tinggi, sakit kuning, sakit pinggang, pengusir iblis,
memperlancar kelahiran dan lain-lain. Disamping itu dapat juga dimanfaatkan
sebagai jamu untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan multivitamin. Pada umumnya
bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat adalah akar, kulit batang,
getah, daun, bunga, buah dan bijinya yang diramu dalam bentuk rendaman,
rebusan, tumbukan halus maupun dimakan sebagai lalapan/sayur. Di samping itu
dapat juga digunakan langsung daunnya, air di dalam batang maupun getah di
dalam kulit batang ( Anonim, 1997).
Terdapat beberapa
jenis tumbuhan obat, salah satunya adalah tumbuhan obat potensial yang menurut Zuhud, 1994 (dalam Siswanto 1997)
tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau
memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan
penggunaannya secara ilmiah-medis sebagai bahan obat
Kandungan Kimia Beberapa Jenis Tumbuhan Berkhasiat
Obat
No
|
Jenis
Tumbuhan
|
Kandungan
Kimia
|
1
|
Beringin (Ficus obypiramidata)
|
Akar udara
mengandung asam amino, fenol, gula dan asam orange
|
2
|
Bolok (Ficus ribes)
|
Bahan penyamak
|
3
|
Kenanga (Cananga odorata)
|
Minyak atsiri
|
4
|
Pasak bumi (Eurycoma longifolia)
|
Eurikomalakton, amarolid
|
5
|
Pulai (Alstonia scholaris)
|
Kulit kayu : Alkaloida ditamin, ekitamin,
ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, porfirin dan triterpan.
Daun : Pikrinin.
Bunga : asam ursolat dan lupeol.
|
6
|
Sirih (Piper beetle)
|
Minyak atsiri, tanin, flavonoid
|
7
|
Temali laki (Leea indica)
|
Minyak atsiri, asam amorf
|
Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Asal-Hutan
|
|
|
Kenanga
(Canangium odoratum)
|
Pulai
(Alstonia scholaris)
|
Pasak bumi (Eurycoma
longifolia)
|
Salah satu
tumbuhan obat yang berasal dari Hutan Kalimantan Timur khususnya yang berada di
Taman Nasional Kutai adalah Kenanga (Canangium
ododrata). Tumbuhan ini di beberapa daerah mempunyai nama lokal yang
beragam. Secara umum kita menyebutnya Kenanga, namun di beberapa daerah namanya
berbeda-beda, contohnya : Kenanga Wangsa (Jawa), Kananga (Sunda), Sandat
Kananga, Sadat Wangsa (Bali), Selanga (Aceh), Sandat (Sasak), Ngana-ngana
(Nias), Lalangiran, amok, wungurer, pum-pum, luit (Minahasa) dan lainnya.
Kenanga (Canangium odoratum)yang termasuk dalam
famili Annonaceaea adalah tumbuhan berbatang besar yang berdiameter 0,1-0,7
meter dengan usia sampai mencapai puluhan tahun. Tumbuhan yang tingginya dapat
mencapai 5-20 meter ini mempunyai batang yang getas (mudah patah) pada waktu
mudanya. Bunganya akan muncul pada batang pohon atau ranting bagian atas pohon
dengan susunan bunga yang spesifik. Bunga kenanga terdiri dari 6 lembar daun
dengan mahkota berwarna kuning serta dilengkapi 3 lembar daun berwarna hijau,
beraroma harum dan khas dan termasuk bunga majemuk dengan garpu-garpu.
Di pedesaan,
Kenanga sering dipelihara untuk dipetik bunganya. Tumbuhan liar yang kini mulai
jarang ini mudah tumbuh di daerah dataran rendah mulai ketinggian 25-1000 mdpl.
Manfaat
Tumbuhan ini
mempunyai manfaat yang sangat besar terutama dalam mengobati berbagai penyakit
diantaranya : Malaria, Asma, Sesak nafas, Penangkal racun, Obat kudis, salep
busung air, obat luar pembesaran limpa, Obat demam, Bronkhitis, Jamu sehat setelah
melahirkan dan lainnya.
Beberapa manfaat Kenanga sebagai tumbuhan obat
Manfaat
|
Bahan
|
Cara Pemakaian
|
1. Malaria dan Asma
|
3 kuntum bunga
kenanga kering
|
Seduh dengan 1
gelas air panas, tutup rapat, saring dan minum airnya secara teratur.
|
2. Sesak nafas
|
½ genggam bunga
kenanga
½ sendok gula
putih
|
Rebus dengan 1
gelas air panas sampai mendidih hingga tinggal ½ gelas, saring dan diminum
pagi dan sore.
|
3. Penangkal racun
|
Kulit pohon
|
Kulit pohon
dikikis kemudian diperas dengan air matang lalu diminum.
|
4. Bronkhitis
|
2 kuntum bunga
kenanga
|
Rebus dengan 1
gelas air panas sampai mendidih hingga tinggal ½ gelas kemudian minum pagi
dan sore.
|
postingan yang bagus dan bermanfaat tentang Tumbuhan Obat Asal-Hutan Kenanga
ReplyDeletemaaf baru dibalas, karena sering dilokasi dan tidak ada akses internet,,thanks,,semoga bermanfaat
ReplyDelete