|
Prasasti 1 |
Matahari mulai
meninggi, teriknya sangat menyengat kulit, namun tidak menyurutkan semangatku
bersama teman yang ku kenal dari Samarinda Backpacker untuk napak tilas menuju
situs peninggalan sejarah Hindu-Budha di Nusantara, Kerajaan Kutai Martadipura,
tanpa ada perencanaan yang matang dan petunjuk yang jelas mengenai keberadaan
situs peninggalan prasasti Yupa Mulawarman, kami pun nekat melakukan napak
tilas mencari tahu keberadaan peninggalan sejarah Kerajaan tertua bercorak
Hindu-Budha di Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kertanegara.
|
Prasasti 2 |
Perjalanan yang
menghabiskan waktu sekitar 2,5 jam dari samarinda menuju Muara Kaman, melalui
beberapa desa dan salah satu desa yang mengalihkan perhatian saya adalah
Pemukiman Penduduk Hindu Bali yang melakukan transmigrasi pada tahun 80-an di
Desa Kertha Buana (L4), sehingga mengingatkanku pada perkampungan penduduk di
Bali yang ditandai dengan adanya Pura dihalaman rumah mereka, tak hanya itu
saja danau yang berada dilembah desa ini juga memukau perhatian saya, danau
yang dipenuhi dengan tambak apung milik masyarakat didesa ini apabila dilihat
dari atas sangat indah, perjalanan kami pun terus berlanjut melewati perkebunan
kelapa sawit dan lokasi tambang batu bara, serta pemandangan sawah dikanan-kiri
jalan yang masih menghijau, menandakan bahwa baru saja ditanam.
Perjalanan
panjang yang sangat melelahkan ini membuat kami
memutuskan untuk sejenak beristirahat di Desa Separi Besar, setelah
merasa cukup beristirahat dan meregangkan otot sejenak kami pun melanjutkan
perjalanan, jalan bebatuan yang panjang dan berkelok sangat melelahkan kami,
kami pun sempat berputus asa, dikarenakan jalan bebatuan tersebut seolah tak
berujung dan dikiri-kanan jalan hanya pemandangan ladang masyarakat saja, hanya
ada beberapa saja pondok-pondok ditengah ladang yang usang ditinggalkan oleh
penghuninya.
Namun, semangat
kami untuk ingin mengetahui peninggalan sejarah peradaban manusia pertama di
Indonesia dan menelusuri jejak peninggalan sejarah Kerajaan yang bercorak
Hindu-Budha di Nusantara tepatnya Kerajaan Kutai sangat kuat, sehingga rasa
lelah pun pergi dengan sendirinya setelah mendapatkan titik cerah dari
pengendara sepeda motor yang kami singgahi untuk bertanya arah jalan menuju
desa Muara Kaman Ulu, dan akhirnya kami pun tiba di Desa Muara Kaman, Desa yang
tak begitu ramai penduduknya ini sangat asri dan suasana tenang dan sepi sangat
terasa. Kami pun sejenak menuju Kantor
Kecamatan Muara Kaman Ulu untuk mencari informasi mengenai 7 prasasti Yupa
penginggalan Kerajaan Kutai atau yang lebih dikenal Kerajaan Mulawarman atau
Kutai Ing Martadipura.
|
Koleksi Prasasti Museum Kutai Ing Martadipura |
Kami bertemu
dengan bapak Arsil, staff kecamatan dan merupakan anggota Lembaga Adat Besar
menuturkan bahwa lokasi pertama kali Kerajaan Kutai terletak dipinggiran sungai
Kedang Rantau, percabangan anak sungai Mahakam, Kerajaan ini berdiri dari abad
ke-4 Masehi yang mulanya dipimpin oleh Raja Kudungga yang memiliki anak bernama
Aswawarman dan memiliki cucu bernama Mulawarman. Dan ditempat ini lah dahulu
sebagai pusat penyebaran agama Hindu-Budha berasal.
SEJARAH KERAJAAN KUTAI MARTADIPURA
|
Museum Kerajaan Mulawarman Kutai Ing Martadipura |
Menurut
literature yang ada mengatakan bahwa Raja Kudungga adalah pembesar kerajaan
dari kerajaan Campa (Kamboja) yang bergelar anumerta dewawarman yaitu Raja yang
mendirikan Kerajaan yang berhubungan sangat baik dengan India, dan tak heran di
masa itu daerah ini sebagai pusat penyebaran agama Hindu dan sebagai pusat
perdagangan. Raja Kudungga memiliki anak yang bernama Aswawarman yang bergelar
Wangsakerta yang berarti pembentuk keluarga dan memiliki anak yang bernama
Mulawarman Nala Dewa, pada masa pemerintahan Raja Mulawarman ini lah Kerajaan
Kutai mengalami masa kejayaannya, sebenarnya Nama Kutai diambil dari para ahli
pada tahun 1870 yang melakukan penelitian di Muara Kaman, Nama Kutai sendiri
adalah nama daerah tempat ditemukannya 7 prasasti Yupa Mulawarman yang
mengangkut sejarah Kutai Martapura yang selalu disebut-sebut dengan nama
Kerajaan Nama Kutai mulawarman namun tidak ada prasasti yang secara jelas
menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sedikit informasi yang diperoleh.
|
Prasasti 3 |
Pada Masa
Pemerintahan Raja Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan, wilayah
kekuasaannya meliputi hamper seluruh wilayah Kalimantan Timur, hal ini menurut
penuturan Bapak Effendi penjaga Museum Kutai Ing Martadipura, bahwa pernah ada
ditemukan arca Agastya didalam Gua Kombeng yang sekarang masuk ke dalam
Kabupaten Kutai Timur tepatnya di Kec. Kongbeng, dan arca Budha di Kota Bangun
(Bernet Kempers 1959) kedua acara ini menjadi koleksi Museum Nasional Jakarta,
tidak hanya itu penemuan selanjutnya berada di seberang sungai Kedang Rantau
ditemukan kuburan-kuburan tua yang diperkirakan kuburan tua Martapura.
|
Prasasti 4 |
Sebelum arca
Agastya dan Arca Budha ditemukan, pada tahun 1870 ditemukan pula 7 Prasasti
Yupa yang menjelaskan masa keemasan Raja Mulawarman yang dipersembahkan dan
dibuat oleh Para Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman Nala Dewa yang
menyumbangkan 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana yang datang pada saat
upacara tersebut, Sehingga para Brahmana membuat Prasasti sebagai tanda terima
kasih berupa 4 buah tugu (batu prasasti yang disebut Yupa), 2 buah Lencana
Kerajaan yang terbuat dari Emas dan Patung Kura-kura Emas yang disimpan oleh seorang
keturunan Raja-raja di Muara Kaman. Prasasti tersebut telah dibawa ke Jakarta
sebagai Koleksi Museum Nasional, sehingga koleksi yang berada didalam Museum
Kutai Ing Martadipura adalah 7 buah Prasasti duplikatnya, namun ada lagi satu
peninggalan kerajaan Mulawarman yang masih berada ditempat aslinya adalah
Lesung Batu yang diperkirakan berukuran panjang sekitar empat meter, Menurut
Mitos yang beredar, Lesung Batu ini pernah akan dibawa ke Jakarta, namun tidak
ada satu pun yang dapat memindahkannya dari tempat asalnya dengan menggunakan
alat sekalipun, Lesung Batu ini menurut
warga setempat sangat dikeramatkan, dan sampai sekarang banyak warga keturunan Hindu mengadakan upacara keagamaan
di sekitar Lesung Batu ini, bahkan
banyak warga dari Pulau Dewata dan India yang khusus datang untuk melakukan
ritual keagamaan disekitar Lesung Batu ini.
NAMA-NAMA RAJA KERAJAAN KUTAI
|
Prasasti 5 |
|
Prasasti 6 |
|
Prasasti 7 |
1.
Raja
Kudungga, gelar anumerta Dewawarman adalah Raja yang mendirikan Kerajaan Kutai
2.
Raja
Aswawarman (anak Kundungga)
Aswawarman adalah Anak Raja
Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga
diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki
3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
3.
Raja
Mulawarman (anak Aswawarman)
Mulawarman adalah anak
Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental
dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya.
4. Maharaja
Marawijaya Warman
5. Maharaja
Gajayana Warman
6. Maharaja
Tungga Warman
7. Maharaja
Jayanaga Warman
8. Maharaja
Nalasinga Warman
9. Maharaja
Nala Parana Tungga
10. Maharaja
Gadingga Warman Dewa
11. Maharaja
Indra Warman Dewa
12. Maharaja
Sangga Warman Dewa
13. Maharaja
Candrawarman
14. Maharaja
Sri Langka Dewa
15. Maharaja
Guna Parana Dewa
16. Maharaja
Wijaya Warman
17. Maharaja
Sri Aji Dewa
18. Maharaja
Mulia Putera
19. Maharaja
Nala Pandita
20. Maharaja
Indra Paruta Dewa
21. Maharaja
Dharma Setia
BERAKHIRNYA KERAJAAN KUTAI
|
Prasasti Yupa Lesung Batu |
Kerajaan Kutai
Ing Martadipura mengalami kehancuran dan berakhir pada saat Raja Kutai yang
bernama
Maharaja Dharma Setia yang
tewas dalam peperangan dengan Kerajaan Kutai Kertanegara ditangan Raja Kutai
Kertanegara ke-13,
Aji Pangeran Anum
Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kerajaan Kutai Kartanegara berbeda
dengan Kerajaan Kutai Martadipura atau Kerajaan Mulawarman. Kerajaan Kutai Kartanegara
yang kemudian menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura berdiri pada
awal abad ke-13 di daerah yang bernama Tepian Batu atau Kutai Lama (Tanjung
Kute) yang kini menjadi sebuah desa di wilayah kecamatan Anggana dengan Raja Pertamanya
adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325). Kerajaan ini disebut dengan
nama Kerajaan Tanjung Kute dalam kitab Kakawin Nagarakartagama, yaitu salah
satu daerah taklukan di Pulau Kalimantan oleh Patih Gajah Mada dari kerajaan
Majapahit.
Pada abad ke-16
Kerajaan Kutai Kartanegara dibawah pimpinan raja Aji Pangeran Anum Panji
Mendapa berhasil menaklukkan Kerajaan Kutai Mulawarman yang terletak di Muara
Kaman. Sehingga nama kerajaan diganti menjadi Kerajaan Kutai Kartanegara Ing
Martadipura sebagai peleburan dua kerajaan tersebut.
Muara
Kaman, 27 Juli 2013
Sumber : Berbagai sumber