Saturday, December 6, 2014
Tuesday, August 12, 2014
Deklarasi Jaringan Pendidikan Anak Komunitas Adat (Japka)
Jakarta (12/08/2014).Berawal dari
undangan via email dari teman sesama penulis buku Antologi Love Journey#2
Mengeja Seribu Wajah Indonesia yang puluhan tahun telah mengabdi untuk
pendidikan Anak di Komunitas Adat di suku Rimba untuk menghadiri acara Seminar
Nasional dan Deklarasi Jaringan Pendidikan Anak Komunitas Adat kerjasama dengan
Yayasan Cipta Mandiri Mentawai yang mendampingi Pendidikan Anak di suku adat
Mentawai, Yayasan Merah Putih yang mendampingi Pendidikan Anak Tauu Tawana di
Sulawesi Tengah dan KKI Warsi yang mendampingi Pendidikan Anak suku Rimba di
Jambi. Berawal dari inisiasi dan kesatuan visi yang sama untuk mendapatkan akses
pendidikan yang layak bagi masyarakat komunitas Adat yang berada di dalam dan
sekitar hutan yang semakin terpinggirkan dari zaman modern dan ekspansi
perusahaan-perusahaan tambang dan kelapa sawit di wilayah adat mereka.
Acara
deklarasi Jaringan Pendidikan Anak Komunitas Adat (Japka) yang bertempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki
dimulai dengan penampilan tari tradisional dari Komunitas Adat Tauu Tawana Sulawesi Tengah kemudian Komunitas Adat Orang Rimba dan Komunitas Adat Mentawai, kearifan lokal yang dimiliki oleh masing-masing komunitas adat menggambarkan keberagaman budaya Indonesia.
Setelah
penampilan tarian dari komunitas adat acara pun dilanjutkan dengan sambutan
oleh Wamendikbud sebagai keynote speaker dan dilanjutkan dengan seminar
nasional yang disampaikan oleh perwakilan dari Mendikbud, Akademisi, Media dan
Aktivis Sosial.
Orang
Rimba adalah suku yang hidupnya tergantung pada hutan. Masyarakat kebanyakan
mengenal mereka dengan sebutan Orang Kubu atau Suku Kubu. Secara umum biasanya
orang Rimba menetap di hutan dataran rendah Sumatera, terutama di Jambu dan
Sumatera Selatan. Orang Rimba merasa tidak senang bahkan marah jika dipanggil
kubu. Karena Kubu mengalami perubahan makna dari yang semula bermakna “kelompok”
atau juga “pertahanan” menjadi memiliki arti yang lebih buruk, yaitu jorok,
kotor, liar dan makna lain yang bermakna negative. (Warsi, 2013).
Acara
kemudian ditutup dengan motivasi yang sangat menginspirasi yang dibawakan oleh
Dik Doank yang meninggalkan dunia entertainment serta mengawali dan membangun
Kandang Joerang Doank untuk komunitas anak dengan memberikan edukasi kepada
anak-anak melalui seni lukis dan seni musik
yang memanfaatkan alam sebagai rumah belajar mereka.
Monday, August 11, 2014
Catatan Perjalanan Menguak Fenomena Alam Labuhan Cermin dan Wisata Air Panas Air Asin di Biduk-Biduk
Pintu Masuk Labuhan Cermin |
Udara
malam ini menusuk sendi-sendi tulang, aku melihat jam dipergelangan tanganku
sudah menunjukkan pukul 21.30 malam, telepon selulerku pun berdering, suara
diseberang sana megatakan bahwa sebentar lagi akan sampai menuju meeting point
untuk menjejakkan kaki ke Labuhan Cermin. Rasa penasaran dan keingintahuanku
yang sangat besar akan keindahan Danau Dua Rasa Labuhan Cermin membuatku rela
menunggu dari sore hari di pertigaan jalan menuju Kutai Timur. Akhirnya setelah
chating dengan teman-teman Free Diving Balikpapan, aku pun bisa mewujudkan rasa
penasaran yang sangat dalam ini akan keindahan Labuhan Cermin.
Wisata Air Panas Air Asin |
Aku
kembali memastikan tak ada satupun barang yang tertinggal dalam ransel, alat
snorkeling pun sudah siap untuk menjajal kedalaman Danau Dua Rasa Labuhan
Cermin. Dengan menyewa mobil seharga Rp. 300.000/hari selama 5 hari di
Biduk-biduk kamipun melaju menembus kabut malam dan hutan tropis Kalimantan.
Setelah menempuh perjalanan selama 7 jam melewati perkebunan sawit dan hutan
tropis dipterocarpa sampailah kami di penyebrangan kapal fery di desa kaubun,
kami pun harus menunggu hingga fajar menyingsing dikarenakan jadwal kapal fery
tersebut beraktivitas di pagi hari, kami memilih jalur penyebrangan fery
melewati sangkulirang karena untuk menyingkat perjalanan selama kurang lebih 6
jam apabila melewati jalur muara wahau.
Kima Raksasa @Pulau Kaniungan Besar |
Matahari
menelusup dibalik sela-sela rimbunan pohon nipah dipinggiran sungai, setelah
beristirahat sejenak, kami pun menyebrang menuju hulu sungai pada pukul 05.30
wita, setengah jam berada diatas kapal penyebrangan menyusuri hulu sungai yang dikelilingi oleh
rimbunan pohon nipah yang terkenal dengan habitat buaya muara, dan harus
melanjutkan perjalanan selama 6 jam menuju Biduk-Biduk.
Biduk-biduk
merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur
yang banyak menyimpan fenomena alam dan keindahan bawah lautnya yang menarik
untuk diselami. Setelah menempuh perjalanan selama 18 jam dari Kota Balikpapan
sampai lah kami di desa Biduk-Biduk yang dikelilingi oleh pohon-pohon nyiur
yang melambai seolah menyapa kami untuk menikmati keindahannya. Setelah
menikmati minuman dingin pelepas dahaga di Rumah Mas Eko yang menjadi homestay
kami selama berada di Biduk-biduk kami pun melanjutkan perjalanan menuju teluk
sulaiman untuk menikmati sunset.
Matahari
kembali menyapa dibalik garis equator di bibir pantai depan homestay kami, kami
pun segera menyiapkan perlengkapan alat snorkeling untuk menikmati dan
menyelami keindahan bawah laut Labuhan Cermin, karena kedatangan kami pada musim
liburan, maka kami harus berangkat lebih awal untuk mendapatkan antrian kapal
yang akan mengantarkan kami ke Labuhan Cermin. Setelah sarapan kami menuju
dermaga Labuhan Kelambu dan segera menuju loket tiket kapal penyebrangan,
dermaga kecil yang hari ini riuh akan pengunjung yang akan menuju Labuhan
Cermin, entah hanya sekedar piknik, snorkeling atau diving bahkan hanya sekedar
berenang saja bersama keluarga.
Dengan
harga kapal bermesin diesel seharga Rp.100.000 yang berkapasitas 10 orang kita
bisa menikmati keindahan Labuhan Cermin. Karena rombongan kami datang kesiangan
maka kami mendapat nomor antrian kapal 22 dan 23, di dermaga Labuhan Kelambu
ini hanya tersedia 5 unit kapal yang melayani penyebrangan ke Labuhan Cermin.
Love Journey#2 |
Setelah
menunggu selama 2 jam, untuk membunuh kebosanan aku kembali membuka buku
catatan perjalanan Love Journey #2 yang aku tulis bersama teman-teman
backpacker yang lainnya, dan akhirnya kami pun menuju Labuhan Cermin, suara
deru kapal mengantarkan kami masuk kesebuah teluk yang membentuk layaknua danau
raksasa dan berair jernih layaknya sebuah cermin. Rimbunan pohon Premna serratifolia(Mali-Mali), Dacryodes
rugosa (Keramu),Diospyros borneensis (Kayu Arang), Ficus ferruginia (Ara),
Hopea mengerawan (Merawan), Canarium megalantum (Kenari), dan Zysygium
sp (Jambu) mengelilingi Danau Labuhan Cermin.
Mengutip
sebuah ayat yang diposting oleh mas eko di www.biduk-biduk.com
yang menjelaskan fenomena alam yang terjadi di Labuhan Cermin.
“Dan
Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi
segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding
dan batas yang tidak tembus.” (Q.S.
Al-Furqan: 53)
“Dia
membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya
ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” (Q.S. Ar-Rahman: 19-20)
Levitasi at Pulau Kaniungan |
Takjub akan
fenomena alam yang terjadi di Labuhan
Cermin dua air yang bertemu tanpa melampaui batas satu sama lain, yang diatas
air tawar dan yang dibawah air asin serta ikan yang berada di keduanya pun
tidak bercampur. Kami pun langsung menceburkan diri menikmati keindahan bawah
laut yang terjadi di Labuhan Cermin, tak peduli meski airnya terasa dingin
menembus tulang. Tak terasa dua jam
berada dibawah air kami pun naik dan menuju destinasi sisi lain dari Labuhan
Cermin, naik menanjak melewati bukit dan pepohonan Ara sebuah danau kecil
Nampak dari kejauhan kali ini aku hanya menikmati rimbunan pepohonan dan suara
burung yang saling bersahut-sahutan dibalik canopy pohon, tempat ini seolah
belum terjamah oleh orang-orang karena letaknya yang sedikit menguras tenaga,
tapi suasana alam sangat terasa disini.
Puas menikmati
Labuhan Cermin kami pun memutuskan untuk kembali ke home stay untuk
beristirahat dan melanjutkan perjalanan besok harinya menuju ke Pulau Kaniungan
dan Teluk Sumbang. Rasa penasaran yang menimbulkan banyak pertanyaan akan
fenomena alam yang terjadi di Labuhan Cermin menjadi rahasia dan campur tangan
Tuhan sang Pencipta.
Sore harinya
kami kembali menikmati desiran ombak dan hamparan pasir putih serta menikmati
hidangan laut di teluk Sulaiman, harga satu porsi makanan disini terbilang
cukup mahal karena dibandrol antara Rp.25.000 – Rp. 30.000 sekali makan.
Pulau Kaniungan |
Tak terasa kami
telah menghabiskan 3 hari di Biduk-biduk dan hari ini kami akan menyelami
keindahan bawah laut sisi lain dari Pulau Biduk-biduk yaitu Pulau Kaniungan
Besar, dengan menyewa kapal seharga Rp. 900.000 dengan kapasitas 20 orang kami
melaju membelah ombak menuju Pulau Kaniungan. Pulau kaniungan dapat ditempuh
sekitar 40 menit dari dermaga Teluk Sulaiman Pulau yang terletak di koordinat
1180 50’ 30” BT dan 10 7’ 1” LU menyuguhkan keindahan
bawah laut yang menarik, disini terdapat Spesies Kima Raksasa yang dilindungi,
Hard Coral, Soft Coral dan Karang Meja serta kita dapat menemukan dan menyapa EEL Muray dibalik terumbu karang, namun
kita harus waspada karena disini terdapat banyak spesies ubur-ubur yang masih
memiliki sengat, untuk itu disarankan untuk memakai pakaian renang yang tebal
atau memakai sarung tangan untuk menghindari sengatan ubur-ubur.
Puas menikmati
keindahan bawah laut di pulau kaniungan kami pun mengabadikan landscape Pulau yang
dikelilingi nyiur melambai, setelah menikmati makan siang dengan hidangan laut
ikan bakar, kami segera menuju Teluk Sumbang untuk menikmati keindahan air
terjun Bidadari, setelah kapal ditambatkan kami pun segera bergegas menuju air
terjun dengan melewati jalan setapak yang dipenuhi dengan batu cadas.
Labuhan Cermin |
Akhirnya setelah
4 hari berada di desa Biduk-Biduk kami pun kembali menuju Balikpapan, kami
memutuskan untuk melewati rute jalur yang berbeda dan berencana untuk menikmati
Wisata Air Panas di daerah Kampung Biatan Bapinang Kecamatan Biatan Lempake,
setelah menempuh perjalanan selama 4 jam kami pun sampai di Permandian Air
Panas tersebut, dan semakin takjub serta heran dikarenakan sumber air panas itu
terasa Asin, dan lebih mengherankan lagi tempat tersebut jauh dari Laut, sekali
lagi Rahasia dan Campur Tangan Tuhan jelas kembali menunjukkan kebesarannya.
Teluk Sulaiman |
Kapal Motor Teluk Sulaiman-Pulau Kaniungan-Teluk Sumbang |
Note :
1. Transportasi
a.
Sewa Mobil (Balikpapan) : Rp. 300.000,-/Hari
Kapal Motor Labuhan Kelambu-Labuhan Cermin |
b.
Penyebrangan Fery : Rp. 200.000,-/Mobil
c.
Kapal Motor dari Dermaga Labuhan Kelambu-Labuhan
Cermin : Rp. 100.000,-/kapal (Kap 10 orang)
d.
Kapal Motor dari Teluk Sulaiman-Pulau Kaniungan-Teluk
Sumbang (Air Terjun) : Rp. 450.000,-/kapal (Kap 10 orang)
2. Penginapan
a.
Home Stay : Rp. 175.000,-/malam
b.
Penginapan : Rp. 175.000,- s.d
Rp.250.000,-/malam
3. Makan
a.
Bakso : Rp. 15.000,-/porsi
b.
Lalapan : Rp. 25.000,- s.d Rp. 30.000,-/porsi
Pulau Kaniungan |
Air Panas Air Asin |
Air Terjun Teluk Sumbang |
Pintu Masuk Air Panas |
Air Panas Air Asin |
Terumbu Karang @Pulau Kaniungan Besar |
Terumbu Karang @Pulau Kaniungan Besar |
Kima Raksasa @Pulau Kaniungan Besar |
Terumbu Karang @Pulau Kaniungan Besar |
Subscribe to:
Posts (Atom)